Koleksi Wayang beber

Pertunjukan wayang beber Gunungkidul (l.k. 1902) di rumah dokter Wahidin di Yogyakarta (Sumber: Tropenmuseum)

Ada dua koleksi wayang beber pusaka yang dikoleksi secara partikelir oleh keturunan dalang. Keduanya membawakan cerita Panji. Yang pertama adalah salah satu wayang beber tertua yang dipelihara di Dukuh Karangtalun, Desa Gedompol, Donorojo, Pacitan. Wayang ini dibuat di atas daluang yang besar buatan Ponorogo[4][5] dan dipegang oleh seseorang yang secara turun-temurun dipercaya memeliharanya dan tidak akan dipegang oleh orang dari keturunan yang berbeda karena mereka percaya bahwa itu sebuah amanat leluhur yang harus dipelihara. Cerita yang diangkat adalah "Jaka Kembang Kuning", terdiri dari enam gulungan dengan masing-masing gulungan berisi empat adegan (pejagong). Cerita ini menurut R.M. Sayid merupakan kiasan dari peristiwa terusirnya Sultan Mataram, Amangkurat I, dari Keraton Mataram di Plered karena Pemberontakan Trunajaya.[6]

Selain di Pacitan, koleksi kedua dipelihara di Dusun Gelaran, Desa Bejiharjo, Karangmojo, Gunungkidul.[7] Cerita yang diangkat adalah Remeng Mangunjaya.[3]

Menurut Kitab Sastro Mirudo, wayang beber dibuat pada tahun 1283, dengan Condro Sengkolo Gunaning Bujonggo Nembah Ing Dewo (1283), Kemudian dilanjutkan oleh Putra Prabu Bhre Wijaya, Raden Sungging Prabangkara, dalam pembuatan wayang beber.[perlu rujukan]